Tahukah Anda Kehebatan Shalawat Nariyah ?
Tahukah Anda Kehebatan Shalawat Nariyah ?
Bacaan Shalawat Nariyah :
Allohumma sholli ’sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin laka
Artinya :
Ya Alloh berilah shalawat dengan shalawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuan-MU
Allohumma sholli ’sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin laka
Artinya :
Ya Alloh berilah shalawat dengan shalawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuan-MU
Keterangan Tentang Shalawat Nariyah
Shalawat Nariyah (shalawat memohon kelepasan dari kesusahan dan bencana) adalah antara shalawat yang terkenal diamalkan oleh para ulama kita. Shalawat ini juga dikenali sebagai Shalawat at-Tafrijiyyah al-Qurthubiyyah (dinisbahkan kepada Imam al-Qurthubi), dan ada juga ulama yang menisbahkannya kepada Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Imam al-Husain r.anhuma. Di negeri sebelah maghrib, shalawat ini dikenali sebagai Shalawat an-Naariyah karena menjadi amalan mereka apabila ingin melaksanakan sesuatu hajat atau menolak sesuatu bencana, mereka akan berkumpul dan membaca shalawat ini sebanyak 4444 kali lalu terkabul hajat mereka dan tertolak segala malapetaka secepat api yang menyambar atau membakar. Ia juga dikenal sebagai Miftahul Kanzil Muhiith Li Naili Muraadil ‘Abiid (kunci perbendaharaan yang meliput untuk menyampaikan harapan si hamba). Shalawat ini mempunyai keistimewaannya kerana selain shalawat ia juga merupakan tawassul kepada Allah dengan Junjungan Nabi s.a.w. di mana kita menyebut nama dan dhamir Junjungan s.a.w. sebanyak 8 kali.
Menurut Imam al-Qurthubi barang siapa yang melazimi akan shalawat ini setiap hari 41 kali atau 100 kali atau lebih, nescaya Allah melepaskan kedukaan, kebimbangan dan kesusahannya, menyingkap penderitaan dan segala bahaya, memudahkan segala urusannya, menerangi batinnya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezekinya, membuka baginya segala pintu kebajikan, kata-katanya dituruti, diamankan dari bencana setiap waktu dari kelaparan serta kefakiran, dicintai oleh segala manusia, dikabulkan permintaannya. Akan tetapi untuk mencapai segala ini, seseorang itu hendaklah mengamalkan shalawat ini dengan mudaawamah (berkekalan/terus menerus tanpa putus).
Imam as-Sanusi berkata bahwa barang siapa yang lazim membacanya 11 kali setiap hari, maka seakan-akan rezekinya turun langsung dari langit dan dikeluarkan oleh bumi.
Imam ad-Dainuri berkata bahwa siapa yang membaca shalawat ini dan menjadikannya wirid setiap selepas sholat 11 kali, niscaya tidak putus rezekinya, tercapai martabat yang tinggi dan kekuasaan yang mencukupi. Dan barang siapa yang mendawamkannya selepas sholat Subuh setiap hari 41 kali, tercapai maksudnya. Siapa yang mendawamkannya 100 kali setiap hari, terhasil kehendaknya dan memperolehi kehormatan/kemuliaan melebihi kehendaknya. Siapa yang mendawamkannya setiap hari menurut bilangan para rasul (313 kali) untuk menyingkap segala rahasia, maka dia akan menyaksikan segala apa yang dikehendakinya. Siapa yang mendawamkannya 1000 kali sehari, maka baginya segala yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar dan tidak pernah terbetik didalam hati manusia.
Imam al-Qurthubi juga berpesan bahwa siapa yang berkehendak untuk menghasilkan hajatnya yang besar atau menolak bencana yang menimpa, maka bacalah shalawat ini sebanyak 4444 kali sebagai tawassul (perantara) dengan Junjungan Nabi yang empunya akhlak yang agung, niscaya Allah Ta`ala akan menyampaikan keinginannya dan harapan itu atas niat si pembaca. Ibnu Hajar al-’Asqalani telah menyebut akan kelebihan bilangan ini sebagai iksir fi sababit ta`siir (peti obat sebagai penyebab berlakunya kejadian).
Menurut kata ulama, shalawat ini adalah merupakan satu perbendaharaan dari khazanah-khazanah Allah, dan bershalawat dengannya merupakan kunci-kunci pembuka segala khazanah-khazanah Allah yang dibukakan Allah bagi siapa saja yang mendawaminya serta dengannya seseorang boleh sampai kepada apa yang dikehendaki Allah s.w.t. Keterangan ini semuanya merujuk kepada para ulama dan melihat akan karangan-karangan terdahulu seperti “Afdhalush Shalawat ‘ala Sayyidis Saadaat” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, “Jawahirul Mawhub” dan “Lam`atul Awrad” kedua-duanya karangan Tok Syaikh Wan ‘Ali Kutan al-Kelantani, “Khazinatul Asrar” karangan Syaikh Muhammad Haqqi an-Naazili dan lain-lain lagi.
Tidak Ada Yang Bertentangan Dengan Shalawat Nariyah
Mengenai shalawat nariyah, isinya tidak ada
yg bertentangan dengan syariah, makna kalimat : yang dengan beliau
terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala
kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, adalah
kiasan, bahwa Beliau SAW pembawa Al-qur’an, pembawa hidayah, pembawa
risalah, yg dengan itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir,
hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari
siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah SWT, dicapai segala
keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah. Ini adalah
kiasan dari sastra arab tentang cinta, sebagaimana pujian Abbas bin
Abdulmuttalib ra kepada Nabi SAW dihadapan beliau SAW : “… dan engkau
(wahai Nabi SAW) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi
hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami
kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an)
kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417),
tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun
kiasan tentang kebangkitan risalah.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030).
Semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, cuma kalau mereka tidak memahami bahasa ini maka langsung memvonis musyrik, tentunya berasal dari dangkalnya pemahaman tauhid,
Mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
Mengenai jumlah bacaan 4444X atau lainnya itu adalah ijtihad sebagian ulama, tidak wajib untuk diikuti dan tidak ada larangan untuk mengamalkannya,
Shalawat ini bukan berasal dari Rasul SAW, namun siapapun boleh membuat shalawat atas Nabi SAW, sayyidina Abubakar shiddiq ra membuat shalawat atas Nabi SAW, Sayyidina Ali bin abi thalib kw membuat shalawat, juga para Imam dan Muhadditsin, shalawat Imam Nawawi, Shalawat Imam Shazili, dan banyak lagi, bahkan banyak para muhadditsin yg membuat maulid, bukan hanya shalawat.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030).
Semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, cuma kalau mereka tidak memahami bahasa ini maka langsung memvonis musyrik, tentunya berasal dari dangkalnya pemahaman tauhid,
Mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
Mengenai jumlah bacaan 4444X atau lainnya itu adalah ijtihad sebagian ulama, tidak wajib untuk diikuti dan tidak ada larangan untuk mengamalkannya,
Shalawat ini bukan berasal dari Rasul SAW, namun siapapun boleh membuat shalawat atas Nabi SAW, sayyidina Abubakar shiddiq ra membuat shalawat atas Nabi SAW, Sayyidina Ali bin abi thalib kw membuat shalawat, juga para Imam dan Muhadditsin, shalawat Imam Nawawi, Shalawat Imam Shazili, dan banyak lagi, bahkan banyak para muhadditsin yg membuat maulid, bukan hanya shalawat.
Komentar