Mengapa Shalawat Nariyah Dilarang?
keutamaan shalawat nariyah,
“Jika mendapat kesusahan karena kehilangan barang, hendaknya membaca sholawat ini sebanyak 4444 kali. Insya Allah barang yang hilang tersebut akan cepat kembali. Jika barang tersebut dicuri orang dan tidak dikembalikan, maka pencuri tersebut akan mengalami musibah dengan kehendak Allah swt. ….
Untuk melancarkan rezeki, memudahkan tercapainya hajat yang besar, menjauhkan dari gangguan jahat, baca sholawat ini sebanyak 444 kali, boleh dibaca sendiri atau berjamaah. Syeih Sanusi berkata: “ Barangsiapa secara rutin membaca shalawat ini setiap hari sebanyak 11 kali maka Allah swt akan menurunkan rezekinya dari langit dan mengeluarkannya dari bumi serta mengikutinya dari belakang meski tidak dikehendakinya…”
Jika orang yang mengamalkan shalawat nariyah bersedia untuk merenung
sejenak – berfikir sejenak saja dengan akal sehatnya – dia akan bisa
menyimpulkan hal yang aneh mengenai shalawat nariyah.
Pertama, semua manusia yang bisa membaca telah sepakat bahwa shalawat nariyah tidak pernah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, para ulama imam madzhab, maupun para
ulama ahlus sunah yang menjadi sumber rujukan. Kita sendiri tidak tahu,
kapan pertama kali shalawat ini diajarkan. Yang jelas, shalawat ini
dicetak dalam buku karya Al-Barzanji yang banyak tersebar di tanah air.
Nah.., jika deretan manusia shaleh yang menjadi sumber rujukan ibadah
tidak pernah mengenal shalawat ini, bagaimana mungkin ada embel-embel
fadhilah & keutamaannya. Dari mana sumber fadhilah yang disebutkan?
Amalannya saja tidak pernah dikenal di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabat, bagaimana mungkin ada fadilahnya??
Ini jika mereka bersedia untuk berfikir.
Kedua, beberapa orang ketika diingatkan bahwa
shalawat nariyah tidak pernah dikenal dalam islam, dia berontak dan
berusaha membela. Bila perlu harus menumpahkan darah, demi shalawat
nariyah.
Jika orang ini bersedia untuk berfikir dan merenung, seharunya dia malu dengan tindakannya.
Saya ulangi, mereka yang membela shalawat nariyah, yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa shalawat nariyah tidak pernah dikenal oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Lantas mengapa harus dibela-bela?
Jika dia membela kalimat laa ilaaha illallah, dan
memusuhi orang yang melarang membaca kalimat tauhid itu, ini perjuangan
yang bernilai pahala. Karena kalimat tauhid adalah pembeda antara muslim
dan kafir.
Tapi membela shalawat nariyah, apanya yang mau dibela? Apakah ini
menjadi pembeda antara muslim dan kafir? Atau pembeda antara pengikut
Nabi dan musuh Nabi?
Apakah dengan tidak membaca shalawat nariyah orang jadi berdosa? Apakah meninggalkan shalawat nariyah akan masuk neraka?
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat
tidak pernah mengenalnya dan tidak pernah mengamalkannya? Bukankah
shalawat nariyah tidak pernah dikenal dalam islam?
Ini jika dia bersedia untuk berfikir.
Ketiga, jika kita perhatikan, dalam shalawat nariyah
terdapat beberapa bait yang maknanya sangat berbahaya. Pengkultusan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua kaum muslimin
menghormati dan mencintai beliau. Namun apapun alasannya, sikap kultus
kepada manusia siapapun, tidak pernah dibenarkan dalam islam.
Allah ingatkan status Rasul-Nya kepada umat manusia, bahwa sekalipun
beliau seorang nabi & rasul, beliau sama sekali tidak memiliki
sifat-sifat ketuhanan.
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا
مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ
الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa memberikan manfaat bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.
dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf: 188).
Kita perhatikan, Allah sampaikan bahwa Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah manusia biasa, seperti umumnya manusia. Semua sifat manusia ada
pada dirinya, sehingga sama sekali tidak memiliki kemampuan di luar
batas yang dimiliki manusia. Beliau tidak bisa mendatangkan rizki, tidak
mampu menolak musibah dan balak, selain apa yang dikehendaki Allah.
Beliau juga tidak bisa mengetahui hal yang ghaib, selain apa yang Allah
wahyukan. Hanya saja, beliau adalah seorang uturan, basyir wa nadzir,
yang bertugas menjelaskan syariat. Sehingga beliau wajib ditaati
sepenuhnya.
Dalam shalawat nariyah, terdapat kalimat pengkultusan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang itu bertentangan dengan kenyataan di
atas.
Lafadz tersebut adalah:
تـُــنْحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Rincian:
(تنحل به العقد)
: Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
(وتنفرج به الكرب)
: Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
(وتقضى به الحوائج)
: Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
(وتنال به الرغائب)
: Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Empat kalimat di atas merupakan pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika kita perhatikan, empat kemampuan di atas merupakan kemampuan yang
hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya siapa pun
orangnya. Karena yang bisa menghilangkan kesulitan, menghilangkan
bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan serta doa,
hanyalah Allah. Seorang Nabi atau bahkan para malaikat sekalipun, tidak
memiliki kemampuan dalam hal ini.
Seorang guru qiraah memberikan pengumuman kepada para muridnya:
“Siapa yang membuat lagu qiraah SELAIN yang saya ajarkan, saya TIDAK
akan memberikan nilai, apapun bentuk lagu qiraah itu. Dan jika lagu
qiraah yang baru itu fals, gak enak didengar, akan didenda 100 juta.”
Kira-kira, apa yang akan dilakukan oleh siswa. Dari pada gitu, mending ikutin aja lagu qiraah yang diajarkan guru.
Orang yang mengamalkan shalawat nariyah, apa bisa dia harapkan dari
amal ini? Mengharapkan pahala? Pahala dari mana, sementara tidak pernah
ada janji pahala, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat sendiri tidak pernah mengenalnya?
Terlebih dalam shalawat nariyah terdapat kalimat yang membahayakan secara aqidah.
Itu sedikit renungan, jika mereka mau berfikir.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Komentar